Minggu, 16 Juni 2013
Pandangan Hidup Saya Berubah Selamanya
Pengalaman mati suri saya yang pertama terjadi pada saat saya berumur 45 tahun pada 1995. Saya mengalami serangan jantung yang parah dan selanjutnya mendapat perawatan triple by-pass. Saat saya sadar setelah operasi, saya mempunyai ingatan telah berpindah ke dimensi atau tempat yang lain. Selama beberapa bulan berikutnya
saya berpikir ingatan ini berasal dari pengaruh obat-obatan namun lama kelamaan saya yakin bahwa ini adalah sesuatu yang lain.
Saya mengapung atau melayang ke sebuah tempat yang sungguh teramat tenang. Di atas ada langit biru, biru yang sangat biru yang pernah saya lihat. Saat sekarang terkadang bila saya menatap langit biru saya akan mendapatkan perasaan tenteram. Saya melihat rerumputan yang tinggi tertiup angin yang lembut di suatu padang rumput yang berbukit. Namun saya tidak merasakan adanya tiupan angin, bahkan tak ada suara sedikitpun. Semuanya sungguh tenang.
Saya tidak berjalan tapi seperti melayang di atas padang rumput tersebut dengan perlahan. Tempat ini penuh dengan kehangatan, ketenteraman dan suatu rasa penuh di hati yang tak dapat dijelaskan dan merasa menjadi satu dengan semesta.
Saat saya melayang di atas perbukitan dengan sangat perlahan sambil menyerap perasaan yang sungguh hangat, saya melihat "gambar-gambar" dari anak-anak saya berkedip-kedip di ufuk. Mereka bukan "gambar diam" namun gambar dari mereka sedang memandang saya dengan perasaan cemas. Mereka ingin agar saya pulang untuk bersama mereka kembali. Mereka membutuhkan saya dan mereka tidak berbicara sedikitpun. Saya dapat mendengar mereka tanpa melihat bibir mereka bergerak.
Saya tahu bahwa saya harus membuat pilihan saat itu juga. Bila tidak maka saya tak akan bisa kembali pulang.
Bila terus, saya akan diselimuti dengan ketenteraman dan kehangatan ini selamanya. Sangat menyenangkan untuk terus. Bila kembali, saya harus menuju sebuah tempat yang penuh dengan kesakitan dan kepedihan. Semua akan penuh dengan penderitaan dan tanggung jawab. Sakitnya emosi, dan beratnya beban hidup. Saya memilih kembali karena anak-anak saya lebih membutuhkan saya dalam mengarahkan masa depan mereka. Masa depan mereka bergantung pada keberadaan saya di sana. Ini belum saatnya. Anak-anak saya masih bellum siap untuk melangkah sendiri.
Seketika itu juga saya kembali.
Saya tidak melihat cahaya terang atau malaikat atau merasakan adanya figur spiritual.
PENGALAMAN MATI SURI SAYA YANG KEDUA terjadi pada tahun 1997. Saya mengalami kecelakan mobil yang parah dan mendapat banyak luka berat yang serius. Ketika saya terjebak di dalam mobil, saya tidak merasakan sakit apapun meskipun tulang selangka saya patah di dua tempat, tulang duduk retak, tulang rusuk patah dan menembus paru-paru, tengkorak retak dan banyak sayatan di muka dan sebagian kuping saya robek.
Saya mendapat banyak kilas balik atas kecelakaan itu selama beberapa bulan kemudian, tatapi saya memeiliki kenangan yang utuh dan positif atas pengalaman mati suri ketika saya telah cukup sadar untuk berbicara dan dapat terus jaga tanpa sering pingsan beberapa hari setelah kejadian.
Saya ceritakan pengalaman saya kepada putra saya dan kemudian kepada orang lain ketika saya telah merasa lebih enak untuk membicarakannya. Saya juga kemudian mencoba mengevaluasi apakah ini pengaruh dari obat-obatan atau hanya sinyal dari otak ketika tubuh kita berhenti berfungsi.
Saya kembali melihat sebuah tempat yang penuh dengan kehangatan, cinta, dan persahabatan. Tampaknya seperti terowongan tapi bentuknya tidak bundar, mirip seperti terowongan jalan kaki yang biasa menghubungkan dua gedung atau pusat perbelanjaan. Seperti jembatan penyeberang jalan. Tidak sempit tapi lebar. Saya berjalan melaluinya, atau saya merasa berjalan tapi saya tak merasa menggerakkan kaki saya. Kedua sisi terowongan tidak begitu terang, tapi juga tidak begitu gelap.
Ketika tiba di ujung terowongan, saya melihat banyak orang. Mereka hanya kelihatan dari pinggang ke atas namun sama sekali tidak menakutkan. Semuanya tersenyum dan tampak senang.
Saya melihat wajah-wajah yang saya kenal. Saya melihat dua kakek saya dan ayah saya. Sangat gelap di belakang tubuh mereka dan saya merasa banyak lagi orang lain di belakang mereka.
Seseorang menjabat tangan saya sebagai penyambutan. Sepertinya ayah saya. Dia meninggal karena penyakit Alzheimer dan tampak tidak keruan ketika meninggal. Namun sekarang ia tampak tegap dan sehat dan saya juga baru menyadari betapa pendeknya dia. Semua orang ini sangat gembira menyambut saya.
Saat itu saya merasakan keinginan untuk kembali ke kehidupan dunia. Sama sekali bukan perasaan mengerikan tapi hanya suatu titik dimana saatnya bagi saya untuk mengambil keputusan. Namun saya merasa bahwa bukan saya yang memutuskan untuk kembali. Perasaan saya ada orang lain yang menentukannya untuk saya.
Tangan saya masih menjabat (tidak menggoyang lagi) tangan orang yang pertama menjabat saya. Tangannya terasa sangat hangat dan melegakan. Tangan saya perlahan dan dengan lembut melepasnya saat saya melayang kembali ke kehidupan dunia. Tangannya tidak lagi menjabat saya tapi masih memegang dengan lembut.
Dan semuanya berakhir. Saya telah kembali.
Di suatu saat dalam pengalaman ini saya ingat telah melihat sebuah pintu berwarna coklat dengan pegangan model kuno terbuat dari porselen dan dikelilingi oleh latar belakang yang gelap. Saya tahu bahwa di balik pintu itu terdapat fenomena religius, cahaya yang sangat terang, dan mungkin Tuhan sendiri. Pintu ini selalu ada di situ dan tersedia bagi semua orang. Saya dapat masuk ke dalamnya kapan saja saya mau. Saya mempunyai perasaan bahwa tangan saya memegang pegangan pintu itu dan dapat memasukinya kapan saja saya mau.
Kini saya menyadari bahwa saya tidak lagi takut akan mati sekarang.
Sebuah perasaan saya yang lain adalah adanya orang-orang yang pergi ke alam seberang bukan atas kemauan mereka dan saya merasa kasihan akan mereka. Mereka sudah bahagia di sana karena telah menyesuaikan diri namun sebenarnya mereka ingin meluangkan waktu lebih lama dengan orang-orang yang mereka cintai di dunia ini.
Saya dulu adalah orang yang religius, tapi kini sudah tidak lagi. Namun saya kini memiliki rasa hormat yang besar terhadap orang-orang yang sangat religius.
Saya diberi kesempatan melihat hal-hal yang hanya sedikit orang dapat melihatnya dan saya sangat bahagia telah mengalaminya. Saya senang menceritakan hal ini kepada orang lain namun saya amat teramat hati-hati dalam memilih siapa yang saya ajak bicara tentang hal ini.
cr: nderf.org/Indonesian/vision_change_phm.htm/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar