Aku selalu memperhatikanmu dari jauh, kepo tentang dirimu. Sangat
ingin tau kau sedang apa, apakah kau baik-baik saja? Aku tak bisa
menggapaimu, kau terlalu jauh untuk ku raih. Ingin aku memelukmu, tapi
aku tak sanggup. Aku hanyalah penggemar rahasiamu, orang yang hanya bisa
memandangimu, dan mengagumimu dari jauh. Walaupun terkadang begitu
banyak moment dimana aku bisa dekat denganmu. Tapi tetap saja aku diam
dan hanya mencuri-curi pandang padamu.
Terkadang aku membenci waktu. Waktu mempertemukan kita, dan memisahkan
kita. Di saat aku ingin bertemu denganmu, sangat jarang waktu berpihak
padaku. Tiap kali aku tak ingin di ganggu siapapun, saat itulah waktu
mempertemukan kita. Bukan.. aku bukan menyalahkanmu dan waktu.
Sebenarnya, aku menyalahkan diriku yang bodoh dan tetap bertahan
menyukaimu walaupun kau tak mengenalku.
“Gak mungkinlah dia gak kenal sama elo! Santai aja Pris!” kata-kata itulah yang membuat cintaku padamu semakin membara.
Teman-temanku hanya bisa mendukungku dari belakang agar aku tak pernah
menyerah menunggu kau datang menghampiriku, secret admirermu. Aku selalu
berharap masa-masa indah datang, yaitu saat kau datang dan membuatku
tersenyum. Tapi, melihatmu dari jauh saja sudah membuatku tersenyum.
Aku duduk sendiri di sekolah, semua orang meninggalkanku di tengah
hujan yang begitu deras. Badanku terasa beku, aku sangat kedinginan dan
butuh kehangatan atau aku akan mati kedinginan. Tiba-tiba aku merasa
seseorang mendekat padaku, hey dan itu adalah kau!
“Halo, Prisya” sapamu.
“E..eh.. Haloo. kamu.. ehh..” aku bingung dan sangat grogi untuk menjawabmu.
“Ohh kamu gak kenal aku ya? Namaku Ricky, satu sekolah kamu kok Pris.”
“Ehh iyaa.. aku kenal kok hehehe” jawabku agak sedikit malu,
kehadirannya di sini membuatku merasa lebih hangat. Dan ini terasa
seperti mimpi, saat kau berada dekatku dan untuk pertama kalinya kita
saling bicara.
“Kamu kedinginan? Ini pake jaket ku aja, Pris” katanya sambil membuka jaketnya dan memberikannya padaku.
“Loh.. kamu gimana?”
“Gakpapa, pake aja”
“Makasih ya, Ricky”
Dia pergi meninggalkanku setelah memberiku kehangatan sementara. Tapi
itu sangat membuatku bahagia. Aku menunggu hujan sampai reda, hujan
yang menjadi kenangan terindah antara aku dengannya. Tanggal 9
September, pertama kalinya aku bicara dengannya. Berharap, akan ada hari
indah lain setelah ini.
“Ini jaket kamu, makasih ya..”
Ricky tersenyum padaku, senyumnya membuatku melayang di udara dan
membuatku lupa diri. Setelah aku kembali ke kelasku, aku melihatnya
berjalan dengan seorang gadis yang sangat manis. Gadis itu rapi dan
cantik, rambutnya panjang dan gayanya juga tidak culun, beda denganku,
gadis yang datang ke sekolah mengikat rambut, dengan gaya yang culun.
Sampainya aku di rumah, aku coba mencari-cari di internet tentang gaya
masa kini, dan aku merubah penampilanku, mulai besok. Rambutku tidak
lagi di ikat, gayaku tak lagi culun. Saat-saat yang ku tunggu bertemu
Ricky.
“Prisya? Kamu berubah?” dia heran melihat penampilanku yang baru.
“Iyaa..”
“Oh.. kamu makin cantik, Pris. Tapi aku merasa kamu lebih cantik dengan
penampilan yang lama. Terlihat lebih polos, lugu, dan itulah kamu”
Kata-kata itu membuatku terguncang. Ternyata perubahanku sia-sia, dan
apa yang dikatakannya tadi tidak membuatku sakit hati, malah membuatku
makin menyukainya. Dia memang orang yang baik, tapi kenapa dia tidak
melirikku sama sekali?
Waktu berlalu begitu cepat. Hingga akhirnya UN SMA pun tiba. Sangat
tidak terasa, sudah 3 tahun aku memendam perasaan ini. Dan tak terasa
sudah 1 tahun kita tak pernah bertegur sapa lagi seperti dulu, karena
kau kini telah memiliki Stella. Meskipun begitu, perasaan ini tak pernah
berubah padamu, Ricky.
Saat UN tiba, aku berharap kau datang padaku mengucapkan “Selamat
Ujian” padaku, harapan itu sirna begitu saja, sepertinya kehadiran
Stella benar-benar membuatmu lupa tentang aku, kau, dan hujan itu. 4
hari berlalu, aku menunggumu mengucapkan selamat ujian itu padaku, tapi
aku tak kunjung menerimanya juga.
Malam itu malam yang indah, prom night. Dimana aku benar-benar
mengharapkan kau datang menjemputku dan menjadikanku pasanganmu saat
itu, tapi aku harus tau diri, sudah ada yang lain di sisimu, Stella.
Melihat kalian berdua begitu dekat dan romantisnya saat prom night itu
membuatku merasa iba pada diriku sendiri. Aku tak sanggup dengan semua
ini. Aku berlari keluar menangis di bawah bintang malam itu, aku ingin
bercerita pada bintang di langit tentang perasaanku 3 tahun ini padamu.
“Kamu sendiri, Pris? Ini sapu tanganku.. lap air mata kamu, aku gak
suka liat cewe imut culun nangis di depanku” Ricky mengagetkanku dengan
kehadirannya yang sangat mendadak. “Kamu jangan nangis lagi ya, Pris.”
Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Berharap suatu saat nanti dia
menyadari tentang perasaan yang sudah lama kupendam. Dan ini, kedua
kalinya kau datang padaku memberikan aku sesuatu. Tepat tanggal 9
september, 3 tahun yang lalu, pertama kali kita saling bicara dan 9
september hari ini, yang mungkin akan menjadi pertemuan terakhir kita.
Aku berharap.. suatu saat nanti kita bertemu dengan keadaan dimana aku
tak lagi menjadi secret admirermu, aku berharap menjadi seseorang yang
akan membuatmu tersenyum setiap hari.
Cerpen Karangan: Anggi Doloksaribu
Blog: anggidoloksaribu.blogspot.com
Facebook: Anggi Doloksaribu
cr: cerpenmu.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar