LAPORAN BACAAN (BOOK REPORT)
By: Albert, S.Pd., M.Pd.
I.
Struktur
Laporan Bacaan
Struktur
laporan bacaan ini adalah (1) pendahuluan, (2) laporan bagian buku, (3)
komentar dan (4) penutup. Satu persatu akan dibahas di bawah ini.
A.
PENDAHULUAN
Judul : Filsafat Ilmu
Penulis : Drs. H. A. Fuad Ihsan
Penerbit : Rineka Cipta, 2010
Kota Terbit : Jakarta, cetakan pertama,
Februari 2010
Ukuran Buku : 20,5 cm
Garis
besar buku Fuad Ihsan yang berjudul Filsafat
Ilmu terdiri atas 8 bab, yakni:
1.
Bab
I membicarakan tentang mengenal filsafat ilmu,
mencakup Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu, Definisi Filsafat dan Filsafat
Ilmu, Objek dan Metode Filsafat Ilmu, Cabang-cabang Filsafat dan Kegunaan
Filsafat serta Ruang Lingkup Filsafat.
Dilihat
dari segi pengertian praktisnya, filsafat bearti alam pikiran atau alam
berfikir. Berfilsafat artinya berpikir.Namun,tidak semua berpikir itu berarti
berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Sebuah semboyan mengatakan bahwa: setiap manusia adalah filsuf.Semboyan ini
benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi, secara umum semboyan itu
tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf
hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh
dan mendalam.
Tegasnya:
Filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu
kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang
mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Dikatakan
filsafat sebagai ilmu karena dalam pengertian filsafat terkandung pertanyaan
ilmiah, yaitu: bagaimakah, mengapakah, ke
manakah dan apakah. Berfikir
secara filsafat dapat diartikan sebagai
berfikir yang sangat mendalam sampai kepada hakikat, atau berfikir secara
global (menyeluruh), atau berfikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang
pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Untuk dapat memeroleh ilmu salah
satu yang harus dipahami oleh seoranag ilmuwan adalah mengetahui cara apa yang
harus digunakan? Ilmu dapat digali atau dicari menggunakan prosedur yang
disebut metode ilmiah.
Langkah-langkah
sebagai alur berpikir ilmiah yang tercakup
dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam suatu prosedur yang mencerminkan
tahapan-tahapan dalam kegiatan ilmiah sebagai berikut:
a.
Rumusan Masalah
b.
Menentukan khasanah
pengetahuan ilmiah
c.
Penyusunan kerangka
berpikir dalam penyususnan hipotesis
d.
Penyusunan hipotesis
e.
Pengujian hipotesis
f.
Penarikan kesimpulan
Cabang
filsafat menurut para ahli terdiri atas: Metafisika, logika, etika, estetika,
epistemologi, dan filsfat-filsfat khusus lainnya. Manfaat mempelajari filsafat
ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada empat macam faedah, yaitu:
g.
Agar terlatih berpikir
serius
h.
Agar mampu memahami
filsafat
i.
Agar mungkin menjadi
ahli filsafat
j.
Agar menjadi warga
negara yang baik
Pembagian
filsafat berdasarkan struktur pengetahuan filsafat yang berkembang sekarang
ini, terbagi menjadi tiga bidang, yaitu filsafat sistematis, filsafat khusus,
dan filsafat keilmuan.
2.
Bab
II membicarakan Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu,
mencakup Sumber Filsafat, Filsafat, Ilmu, Kebudayaan, dan Agama, serata Metode
Ilmiah;
Untuk
dapat memahami perbedaan antara filsafat dan ilmu, harus terjawab terlebih
dahulu apa itu filsafat?, dan apa itu ilmu?, pertanyaan pertama telah
dujelaskan penulis pada bagian bab 1. Maka sekarang yang harus kita jawab
pertanyaan kedua. Ilmu adalah pengetahuan. Tetapi ada berbabagai pengetahuan.
Dengan “pengetahuan ilmu” dimaksud pengetahuan yang pasti, eksat dan
betul-betul terorganisasi. Jadi pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan
tersusun baik.
Untuk
memahami hubungan filsafat dengan kebudayaan, harus terjawab pertanyaan berikut
terlebih dahulu. Apa itu kebudayaan?. Kebudayaan adalah soal manusia. Maju
selangkah lagi dapat kita katakan, bahwa manusialah yang berkebudayaan. Apakah
makhluk-makhluk lain, hewan misalnya, tidak berkebudayaan? Jawabannya Tidak.
Kenapa manusia berkebudayaan sedangkan hewan tidak? Karena manusia memiliki sesuatu
yang esensial yang tidak ada pada hewan. Manusia mempunyai roh atau jiwa, yang
menyatakan diri pada berpikir dan merasa rohaniah. Hewan memang mempunyai otak
tapi otaknya tidak berpikir. Ia mempunyai hati, tapi aktivitasnya tidak
membentuk rasa rohaniah. Rupanya kehidupan batiniah atau rohaniahlah yang
merupakan pangkal kebudayaan. Suatu kebudayaan ialah caraberpikir dan cara
merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia,
yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu.
Filsafat
agama datang mengetengahi sebagai orang agama, filsuf itu percaya, hasil
penghayatan hatinya. Sebagai filsuf, ia mempersoalkan kepercayaan itu
mengangkat ke alam budi, sehinggah secara rasional dapat didudukan. Persamaan
lain antara filsafat dan agama ialah, masing-masing merupakan sumber nilai,
terutama nilai-nilai etika. Perbedaannya lagi dalam hal ini, nilai-nilai etika
filsafat merupakan produk akal, sedangkan nilai-nilai agama dipercayai sebagai
ditentukan oleh Tuhan.
Ada beberapa teori yang dapat dijadikan
acuan untuk menjadikan untuk menentukan apakah pengetahuan itu benar atau
salah, yaitu :
a. Teori
korespondensi ( correspondence theory )
b. Teori
koherensi ( coherence thory )
c. Teori
pragmatisme ( pragmatism theory )
Persoalan
pengetahuan yang bertalian dengan sumber-sumber pengetahuan, dijawab oleh
aliran-aliran berikut ini : rasionalisme, emperisme, realissme, kritisisme. Persoalan
pengetahuan yang menekankan pada hakikat pengetahuan, dijawab oleh
aliran-aliran berikut: idealisme, emperisme,positivisime,pragmatisme
Manusia
berusahamencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat diperolehnya denga
melalui beberapa sumber :
a. Pengetahuan
Wahyu ( revaled knowledge )
b. Pengetahuan
intuitf ( intuitive knowledge )
c. Pengetahuan
rasional ( rational knowledge )
d. Pengetahuan
emperis ( emperical knowledge )
e.
Pengetahuan otoritar ( autthoritative knowledge )
Dalam
mengejar ilmu pengetahuan, metode adalah cara bekerja menurut aturan-aturan
yang berdasarkan pada objeknya, untuk mencapai suatu kebenaran. Dengan adanya
metode berarti kita terikat pada peraturan-peraturan dalam usaha mencapai suatu
kebenaran. Adapun kegunaan metode untuk: Menemukan, mengajarkan, sebagai ilmu
pengetahuan, autoritas (kepercayaan), empiris, rasional, konstruksi dan sistematis.
3.
Bab
III tentang Dasar-dasar Pengetahuan
mencakup, Definisi dan Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan, Penalaran dan Logika, Sumber
Pengetahuan, Kriteria dan Cara Penemuan Kebenaran serta Ilmu, Teknologi dan
Seni;
Adapun menurut Bahm definisi ilmu
pengetahuan melibatkan paling tidak enam macam komponen, yaitu masalah, sikap,
metode, aktivitas, kesimpulan dan beberapa pengaruh. Ilmu pengetahuan atau
pengetahuan ilmiah mempunyai lima ciri pokok antara lain: empiris, sistematis,
objektif, analitis, dan Vertifikatif.
Prinsip-prnsip penalaran ada empat yang
terdiri atas tiga prinsip dari Aristoteles dan satu dari George Leibniz.
Prinsip penalarandari Aristoteles adalah: prinsip identitas, kontraiksi,
eksklusi tertii dan pinsip cukup alasan (Leibniz). Proposisi kategoris
menghasilkan empat proposisi yakni sebagai berikut: Proposisi universal
afirmatif, universal negatif, partikular afirmatif dan proposisi partikular
negatif.
Buah dari berpikir adalah pengetahuan.
Berpikir adalah suatu proses, proses berpikir ini biasa disebut sebagai
bernalar.Logika sebagai sarana berpikir ilmiah akan memberikan suatu jaminan
bahwa pengetahuan yang didapat sebagai hasil penarikan simpulan atau konklusi
itu adalan sahih. Logika menuntut dan menjaga proses berpikir itu terhindar
dari kekeliruan-kekeliruan, sehingga dengan demikian kecermatan dalam berpikir
dapat dicapai.
Sumber pengetahuan dapat diperoleh
melalui rasionalisme, empirisme, intuisi, dan wahyu. Untuk menentukan kebenaran
suatu pengetahuan ada tiga teori yang dapat dijadikan sebagai kriteria, yaitu:
Teori koherensi, korespondensi dan teoripragmatism.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
manusia untuk memperoleh kebenaran melalui cara nonilmiah, di antaranya adalah:
1) Akal
sehat
2) Prasangka
3) Pendekatan
intuasi
4) Penemuan
kebetulan dan coba-coba
5) Pendekatan
otoritas ilmiah dan pikiran kritis
Pengetahuan yang diperoleh melalui
pendekatan ilmiah berupa kegiatan penelitian ilmiah dan dibangun diatas
teori-teori tertentu. Cara ilmiah merupakan syarat mutlak untukmenemukan suatu
ilmu, yang dapat berpikir secara ilmah, maka tiga tahapan berpikir yang harus
dilalui, yaitu skeptik, analitik,dan kritis.
Ilmu, teknologi, dan seni sebagai produk
menjadi milik manusia. Artinya ilmu, teknolohgi, dan seni didapat melalui pola
berfikie analogi ilmiah derngan menggunakan metode keilmuan yang runtut membawa
kearahtitik temu pada suatu konklusi
yang bersifat nisbi, namun terhindar dari dekadensi silang pendapat
fundamental dikalangan bagi para ilmuan dalam kurun waktu, sehingga terbuka
untuk dimungkinkan adanya pembuktian dan pengujian akan kebenarannya.
4.
Bab
IV tentang Filsafat Abad Modern mencakup Bagaimanakah
perkembangan filsfafat pada massa Renaisnance, Ranasionalisme, Idealisme,
Empirisme, Kantianisme, dan pada massa yang lainnya seperti: Pragmatisme,
Eksistensialisme, Positivisme, Marxisme, dan Anti Theisme atau Atheisme.
5.
Bab
V tentang Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
mencakup Zaman Purba (15 SM – 7 SM), Zaman Yunani (7 SM – 6 SM), Zaman
Pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, dan Zaman Kontemporer.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa
pengetahuan pada zaman purba ditandai dengan adanya lima kemampuan, yaitu: (1)
pengetahuan didasarkan pada pengalaman; (2) pengetahuan berdasarkan pengalaman
itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive
mind; (3) kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah
menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi; (4) kemampuan
menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis; (5)
kemampuan meramalkan peristiwa-peristiwa fisis atas dasar peristiwa-peristiwa
sebelumnya yangpernah terjadi.
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai
zaman keemasan filsafat,karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Selanjutnya pada Zaman pertengahan
merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa
di benua eropa. Zaman pertengahan ini ditandai dengan pengaruh yang cukup besar
dari agam Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat
itu.
Zaman Renaissance ditandai sebagai era
kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance
adalah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi
suatu kebudyaan modern. Sedangkan pada Zaman modern ditandai degan berbagi
penemun dalam bidang ilmia. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern
sesunguhnya sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes,
tokoh yang terkenal bapak filsafat modern.
Pekmbangan ilmu
pengetahuan pada zaman kontemporer berkebang dengan sangat cepat. Masing-masig
ilmu mengembangkan disiplin keilmuannya
dan berbagai macam pertemua-petemuannya. Penemuan dnan penciptaan terjadi selih
berganti dan makin sering. Informasi ilmiah diproduksi dengan cepat, melipat
dua setiap tahun, bahan dalam disiplin-disiplin tertentu seperti genetik setip
dua tahun (Jacob, 1993:19) Di sisi lain pada zaman kontemporer ini,pengembangan
ilmu juga ditandai degan terjadinya spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin
menajam dalam spesialisasi dan subspesialisasinya.
6.
Bab
VI tentang Etika Keilmuan mencakup Pengertian, Antara
Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan, Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologi, Hubungan Antara Nilai dan Budaya serta Peranan Ilmu Terhadap
Pengembangan KebudayaanNasional;
Ilmu dan moral termasuk ke dalam genus
pengetahuan yang mempunyai karakteristik masing-masing. Tiap-tiap pengetahuan
mempunyai tiga komponen yang merupakan penyanggah tubuh pengetahuan yang
disusunnya. Komponen tersebut adalah ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Agar mendapatkan pengertian yang jelas mengenai kaitan antara ilmu dan moral
maka kajiannya harus didekati dari ketiga komponen tiang penyangga tubuh
pengetahuan yakni ontologi, epistemolgi, dan aksiologi. Namun sebelum sampai
pendekatan dari ketiga hal tersebut dibahas dahulu tentang antara etika, moral,
norma dan kesusilaan, kemudian pengertian dan ciri-ciri ilmu. Dalam bab ini
juga mengkaji bagaimana hubungan antara etika, moral, norma dan kesusilaan,
selain itu juga mengkaji dimensi ontologis, epistemologis, dan aksilogi.
7. Bab VII
tentang Ilmu, Teknologi dan Budaya mencakup Dimensi Ilmu, Teknologi, dan Seni,
Peranan Filsafat Ilmu dalam Penjelajahan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni,
Teknologi dan Seni serta Visi Ilmu di Indonesia.
Ilmu, teknologi dan seni sebagai produk
menjadi milik manusia. Artinya ilmu, teknologi, dan seni didapat melalui pola
pikir analogi ilmiah dengan menggunakan metode keilmuan yang runtut membawa ke
arah titik temu pada suatu konklusi yang bersifat nisbi, namun terhindar dari
dedikasi silang pendapat fundamental dikalangan bagi para ilmuwan dalam kurun
waktu, sehingga terbuka untuk dimungkinkan adanya pembuktian dan pengujian akan
kebenaran.
8.
Bab
VIII tentang Bagaimana Ilmu Dalam Perspektif
Kemaslahatan Hidup Insani mencakup Ilmu dan Moral,danbagimana pula Hubungan
Antara Etika, Moral, Norma dan Kesusilaan serta Tanggung Jawab Ilmuwan.
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan
rasional mengenai nilai dan moral yang menentukan danterwujud dalam sikap dan
pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok. Etika
adalah perwujudan dan pengejawantahan secarakritis dan rasional ajaran moral
yang siap pakai, sedangkam moral adalah penunjuk konkret yang siap pakai
tentang bagaimana kita harus hidup.
B. LAPORAN
BAGIAN BUKU
Subbab
yang saya laporkan dalam laporan bacaan ini yaitu subbab yang membicarakan
tentang logika. Dalam buku ini penulis memaparkan logika merupakan bagian dari
dasar-dasar pengetahuan. Logika penulis artikan sebagai buah dari pikir adalah
pengetahuan. Berpikir adalah suatu proses, proses berpikir disebut sebagai
bernalar. Dalam bernalar manusia melaku proses berpikir untuk berusaha tiba
pada pernyataan yang baru merupakan kelanjuatan runtut dari pernyataan lain
yang telah diketahui (The, 1999: 21). Pernyataan yang telah diketahui itu
disebut pangkal pikir (premise), sedangkan
pernyataan baru yang diturunkan dinamakan simpulan (conclusion). Cara penarikan simpulan disebut sebagai logika.
Terdapat berbagai cara penarikan simpulan, namun dalam dunia keilmuan, secara
garis dapat dibedakan menjadi dua jenis cara penarikan simpulan, yakni logika
induktif dan logika deduktif.
Dalam buku ini penulis memaparkan
logika deduktif merupakan suatu cara penarikan simpulan pada suatu proses
berpikir dengan menyimpulkan sesuatu yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual. Suatu penalaran dengan logika induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan
terbatas sebagai argumentasi dan kemudian diakhiri dengan pernyataanyang
bersifat umum. Dari fakta pengamatan didapatkan kenyataan bahwa sebatang besi
jika dipanaskan memuai, demikan juga dengan sebatang tembaga, aluminium dan
berbagai batang logam yang lain.
Berdasarkan individual ini dapat ditarik suatu simpulan yang bersifat umum
yakni semua logam jika dipanaskan akan memuai.
Logika deduktif adalah suatu cara
penarikan simpulan pada suatu proses berpikir yang sebaliknya dari logika
induktif. Dalam proses berpikir ini dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
simpulan yang bersifat khusus. Penarikan simpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola pikir silogisme. Sebagai seorang pelopor dalam logika
deduktif, Aritoteles mengajarkan silogismus kategoris yang tersusun dari tiga
buah proposisi kategoris (Poespoprodjo, 1999: 206). Berdasarkan alur logika
deduktif di atas dapat dibuat contoh silogisme kategoris sebagai berikut:
a.
Semua logam jika
dipanaskan akan memuai (Premis mayor)
b.
Besi termasuk logam (Premis minor)
c.
Maka jika besi
dipanaskan akan memuai (Konklusi)
Silogisme
kategoris menjadi cara untuk menyelidiki identitas atau diversitas dua konsep
objektif dengan memperbandingkannya dengan konsep ketiga secara berurutan. Kelompok
lain dari ragam silogisme hipotesis. Silogismus hipotesis dibagi ke dalam tiga
jenis, yakni:
a.
Silogismus kondisional,
yakni silogismus yang premis mayornya adalah preposisi kondisional.
Contoh:
- Apabila Tuti rajin belajar, ia akan lulus ujian.
-
Tuti rajin belajar
-
Maka Tuti akan lulus
ujian.
b.
Silogismmus disjungtif.
Silogismus yang premis mayornya berbentuk preposisi disjungtif.
Contoh: - Kamu atau saya yang pergi
berlomba
-
Kamu tidak pergi
-
Maka sayalah yang
pergi.
c.
Silogismus konjungtif,
silogismus yang premis mayornya berbentuk suatu preposisi konjungtif.
Contoh:
- Tidak diizinkan seorang mahasiswa kulia di dua perguruan tinggi negeri dalam
waktu yang bersamaan.
- Si
Rani kuliah di perguruan tinggi negeri X
- Maka
Si Rani tidak kuliah di perguruan tinggi negeri Y
Logika
sebagai sarana berpikir ilmiah akan memberikan suatu jamianan bahwa pengetahuan
yang didapat sebagai hasil penarikan simpulan atau konklusi itu adalah sahih.
Logika menuntun dan menjaga proses berpikir itu terhindar dari
kekeliruan-kekeliruan, sehingga dengan demikian kecermatan dalam berpikir dapat
dicapai.
C. KOMENTAR
Buku
ini banyak memberikan sumbangsih dalam kajian filsafat, terutama dalam bidang
filsafat ilmu, karena penulisnya berusaha memaparkan hakiakat ilmu pengatahuan
dan memaparkan permasalahan yang terdapat dalam ilmu, yaitu yang menyangkut
sifat pengetahuan ilmiah, serta cara-cara bagaimana mencapai pengetahuan
ilmiah. Buku ini bagus digunakan oleh mahasiswa yang belajar filsafat, juga
oleh tenaga edukatif untuk menambah
referensi dan juga dalam proses belajar mengajar karena mengandung isi yang
berkualitas, serta juga bermanfaat bagi para peminat filsafat untuk
mengembangkan wawasan filsafatnya. Pembahasan dalam buku ini disususun
berdasarkan sistematika filsafat ilmu yaitu: ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Dengan mempelajari buku ini kita akan memahami refleksi, mendasar
dan integral tentang hakikat ilmu pengetahuan serta memahami dan menilai
metode-metode pemikiran ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.
Rujukan
pembanding dari buku yang dilaporkan adalah buku Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer karangan Jujun S. Suriasumantri diterbitkan di Jakarta bulan Oktober
1999, cetakan kedua belas oleh penerbit Sinar Harapan anggota IKAPI, dengan
tebal xvi + 383 halaman. Jujun S. Suriasumantri memulai bukunya dengan
memaparkan ke arah pemikiran filsafat yang membahas tentang ilmu dan filsafat,
selanjutnya Jujun menjelaskan dasar-dasar pengetahuan kemudian dilanjutkan
degngan membahas tentang ontologi, epistemologi, sarana berpikir ilmiah, aksiologi,
ilmu dan kebudayaan, ilmu dan bahasa, penelitian dan penulisan ilmiah dan
terakhir Jujun membahas tentang hakikat dan kegunaan ilmu.
Buku
yang dikarang Jujun ini lengkap dan terdeskripsi dengan baik, begitulah kesan
kita membaca buku ini walaupun disisi lain buku yang berjudul Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer ini banyak menggunakan bahasa istilah sehingga untuk
pembaca pemula agak terdapat kesulitan dalam memahami apa yang dimaksudkan
Jujun, tetapi cara penyampainnya tidak berbelit-belit dan setiap bab, baik dari
bab I sampai bab IX saling berhubungan dalam artian terdapat kohesi dan
koherensinya sehingga membantu kita dalam memahami isi buku ini. Kalau ditinjau
dari segi kelemahannya, Pertama, dilihat dari segi cover buku ini kurang
menarik sehingga mengurangi nilai estetikanya. Kedua, dilihat dari iliustrasinya
(gambar) sepertinya tidak ada korelasinya dengan apa yamg dituliskan Jujun.
Rujukan
kedua pembanding dari buku yang dilaporkan adalah buku yang berjudul Filsafat
Ilmu yang ditulis oleh Hasnah Faizah yang diterbitkan di Pekanbaru pada bulan
November 2009, cetakan pertama oleh penerbit Cendikia Insani dengan tebal buku
169 + viii halaman dan ukuran buku 14.7 cm. Buku ini terdiri atas lima bab,
Hasnah memulai menulis buku ini dengan memaparkan hakikat filsafat ilmu,
kemudian dilanjutkan dengan pembahasan hakikat pengetahuan, hakikat ilmu,
sarana berpikir ilmiah dan terakhir penulis membahas tentang tantangan dan masa
depan ilmu.
Buku
yang ditulis Hasnah dari segi isi singkat dan terdeskripsi dengan baik, buku
ini layak dibaca oleh pengajar filsafat yang menginginkan inovasi dalam proses
belajar mengajar, buku ini tidak jauh berbeda dengan buku filsafat ilmu yang
dikarang oleh Jujun. Tetapi dibandingkan buku Jujun kajian buku ini terlalu
sederhana, singkat dan tidak mendalam. Tetapi buku ini mudah dipahami, baik
dari segi bahasa maupun aspek-aspek yang lainnya.
Rujukan
lain pembanding dari buku yang dilaporkan adalah buku yang ditulis oleh Asmoro
Achmadi yang berjudul Filsafat Umum, diterbitkan pada tahun 2008 di Jakarta,
oleh penerbit PT Raja Grafindo Persada dengan ukuran buku 21 cm dan tebal x +
134 halaman. Buku ini merupakan buku pokok materi perkuliahan Filsafat Umum
yang digunakan oleh mahasiswa Fakultas Ushuludin di Universitas Islam Negeri
(UIN) maupun perguruan tinggi agama Islam yang lain. Dengan bahasa yang
sederhana buku ini mencoba membahas permaslahan tentang filsafat khususnya
Filsafat Umum. Dimulai dengan menjabarkan tentang pengantar filsafat. Sesudah
itu, Asmoro melanjutkan dengan membahas filsfat Yunani,filsafat Barat abad
pertengahan, kemudian dilanjutkan tentang pemikiran filsafat di Timur, filsafat
modern, dan yang terakhir Asmoro menjelaskan tentang filsfat dewasa ini.
D. PENUTUP
Buku ini
berbicara tentang berbagai hal terkait dengan persoalan filsafat, buku
ini banyak memberikan sumbangsih dalam kajian filsafat, terutama dalam bidang
filsafat ilmu, karena penulisnya berusaha memaparkan hakiakat ilmu pengatahuan
dan memaparkan permasalahan yang terdapat dalam ilmu, yaitu yang menyangkut
sifat pengetahuan ilmiah, serta cara-cara bagaimana mencapai pengetahuan
ilmiah. Saya yakin buku ini sangat sarat akan muatan
filsafat, meskipun diramu dengan bahasa yang sederhana, buku ini bagus
digunakan oleh mahasiswa yang belajar filsafat, juga oleh tenaga edukatif
untuk menambah referensi dan juga dalam
proses belajar mengajar karena mengandung isi yang berkualitas, serta juga
bermanfaat bagi para peminat filsafat untuk mengembangkan wawasan filsafatnya.
Kelemahan
buku ini seperti pengakuan penulis pada kata pengantar yang menyatakan buku ini
masih ada kekurangan dan masih jauh dari harapan dan kesempurnaan, kalau
ditinjau dari pernyataan penulis memang benar tak ada gading yang tak retak, kelemahan
buku ini terletak pada tidak dilengkapi dengan biodata penulis sehingga
pembaca tidak mendapatkan informasi
tentang penulis dan karya yang lainnya, walaupun begitu dari segi mutu dan
cetakannya sudah sangat baik. Cr: alberthadiningrat.blogspot.com/2012/08/laporan-bacaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar