seorang anak Iran bernama Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i,
yang mulai belajar Al Quran pada usia 2 tahun, dan berhasil hafal 30
juz dalam usia 5 tahun! Pada usia sebelia itu dia tidak hanya mampu
menghafal seluruh isi Al Quran, tapi juga mampu menerjemahkan arti
setiap ayat ke dalam
bahasa ibunya (Persia), memahami makna ayat-ayat
tersebut, dan bisa menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapan
sehari-hari. Bahkan dia mampu mengetahui dengan pasti di halaman berapa
letak suatu ayat, dan di baris ke berapa, di kiri atau di sebelah kanan
halaman Al Quran. Dia mampu secara berurutan menyebutkan ayat-ayat
pertama dari setiap halaman Al Quran, atau menyebutkan ayat-ayat dalam
satu halaman secara terbalik, mulai dari ayat terakhir ke ayat pertama
(hal 18). Yang lebih mengagumkan lagi, di usia 7 tahun Husein berhasil
meraih gelar doktor honoris causaHijaz College Islamic University, Inggris dari , pada Februari 1998.
Menurut Mahdi, Husein memiliki kemampuan di atas rata-rata, dan
setiap anak bisa saja dididik untuk memiliki kemampuan seperti Husein.
Namun, tentu saja, prakondisi dan kondisinya haruslah lengkap. Misalnya,
sejak sebelum masa kehamilan, kedua orang tua Husein sudah mulai
menghafal Al Quran. Selama masa kehamilan dan menyusui, ibunda Husein
juga teratur membacakan ayat-ayat suci untuk putranya. Dan sejak kecil
Husein sudah dibesarkan dalam lingkungan yang cinta Al Quran.
Metode ataupun pendidikan yang digunakan sang ayah Husein dapat pula diterapkan pada putra-putri kita, Yuuk kita simak…
Husein sejak kecil selalu diajak ibunya untuk menghadiri kelas-kelas
Al Quran. Meskipun di kelas-kelas itu Husein hanya duduk mendengarkan,
namun ternyata dia menyerap isi pelajaran. Pada usia 2 tahun 4 bulan,
Husein sudah menghafal juz ke-30 (juz amma) secara otodidak, hasil dari
rutinitasnya dalam mengikuti aktivitas ibunya yang menjadi penghafal dan
pengajar Al Quran, serta aktivitas kakak-kakaknya dalam mengulang-ulang
hafalan mereka. Melihat bakat istimewa Husein, ayahnya, Sayyid Muhammad
Mahdi Tabataba’i, pun secara serius mengajarkan hafalan Al Quran juz
ke-29.
Setelah Husein berhasil menghafal juz ke-29, dia mulai diajari
hafalan juz pertama oleh ayahnya. Awalnya, sang ayah menggunakan metode
biasa, yakni membacakan ayat-ayat yang harus dihafal, biasanya setengah
halaman dalam sehari dan setiap pekan. Namun ayahnya menyadari bahwa
metode seperti itu memiliki dua persoalan. Pertama, ketidakmampuan
Husein membaca Al Quran membuatnya sangat tergantung kepada ayahnya
dalam mengulang-ulang ayat-ayat yang sudah dihafal
Untuk menyelesaikan persoalan pertama, Husein mulai diajari membaca
Al Quran , agar dia bisa mengecek sendiri hafalannya. Untuk
menyelesaikan persoalan kedua, ayah Husein menciptakan metode sendiri
untuk mengajarkan makna ayat-ayat Al Quran, yaitu dengan menggunakan
isyarat tangan. Misalnya, kata Allah, tangan menunjuk ke atas, kata
yuhibbu (mencintai) , tangan seperti memeluk sesuatu, dan kata sulh
(berdamai), dua tangan saling berpegangan.
Ayah Husein biasanya akan menceritakan makna suatu ayat secara
keseluruhan dengan bahasa sederhana kepada Husein. Kemudian dia akan
mengucapkan ayat itu sambil melakukan gerakan-gerakan tangan yang
mengisyaratkan makna ayat.
Metode ini sedemikian berpengaruhnya pada kemajuan Husein dalam
menguasai ayat-ayat Al Quran sehingga dengan mudah dia mampu
menerjemahkan ayat-ayat itu ke dalam bahasa Persia dan mampu menggunakan
ayat-ayat itu dalam percakapan sehari-hari.
Ayahanda Husein juga berpesan, bila orang tua menginginkan anaknya
jadi pencinta Al Quran dan penghafal Al Quran, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah orang tua terlebih dahulu juga mencintai Al Quran
dan rajin membacanya di rumah.
Cr: anakkreatif.wordpress.com/menghafal-al-quran/kisah-anak-bergelar-doktor-penghafal-al-quan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar